di copas dari : http://www.beritaterheboh.com/2020/01/lawan-sampah-plastik-nina-gresik.html
Beritaterheboh.com - Aksi Aeshnina Azzahra (Nina), pegiat lingkungan cilik asal Gresik, yang menulis surat protes kepada Kanselir Jerman Angela Merkel, akhirnya berbuah manis. Pada Selasa (21/01), siswi SMP N 12 Gresik ini diundang Duta Besar Jerman Untuk Indonesia, Peter Schoof untuk datang ke kantornya dan berdiskusi secara langsung tentang masalah sampah plastik di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Nina menyerahkan surat protes terkait impor plastik yang ditulis tangan, beserta lebih dari 200 tanda tangan petisi teman-teman yang mendukungnya. "Saya akan berbuat yang terbaik agar kamu bisa mendapat jawaban sesegera mungkin," ujar Peter Schoof kepada Nina saat menerima surat dan petisi tersebut.
Kepada DW Indonesia, Nina mengatakan bahwa rasa prihatin akan banyaknya sampah plastik yang diselundupkan dari luar negeri, mendorong dirinya untuk kemudian menuliskan surat protes, tidak hanya kepada pimpinan Jerman Angela Merkel, melainkan juga kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dalam suratnya Nina menuliskan pengalaman melihat sendiri daur ulang plastik di Desa Bangun, Jawa Timur. Ia mengakui bahwa daur ulang plastik memang baik dilakukan, karena bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sana. Namun, ia menekankan bahwa "terlalu banyak plastik juga dapat merusak lingkungan".
"Kadang-kadang saya menemukan plastik di sungai dan laut yang kemudian dimakan oleh ikan dan biota laut lainnya. Pernah saya membeli ikan sungai di Pasar Rolak Songo dan ketika saya belah, saya menemukan mikroplastik didalamnya. Saya tidak mau makan ikan yang makan plastik!" tulis Nina dalam suratnya kepada Angela Merkel.
Nina menuliskan bahwa sampah yang ada di Desa Bangun berasal dari beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Eropa termasuk Jerman. Nina mengatakan bahwa Indonesia sudah hampir 40 tahun menjadi "tempat pembuangan sampah" bagi negara-negara barat. "Ini bikin saya sedih sekali," tulisnya.
Nina pun meminta Angela Merkel untuk mengajak negara-negara di Eropa agar berhenti mengirim sampah plastik ke Indonesia. "Saya ingin masa depan saya lebih baik. Saya ingin Indonesia jadi bersih," tulis Nina.
Dubes Jerman tanggapi positif
Dubes Jerman untuk Indonesia Peter Schoof menyambut positif keinginan Nina yang ingin menyurati Angela Merkel. "Nina menyerahkan surat untuk Kanselir Angela Merkel kepada saya, dengan senang hati akan saya kirimkan kepada Merkel," papar Schoof dalam pernyataan tertulisnya kepada DW Indonesia, Selasa (21/01).
Melalui diskusinya dengan Nina, Schoof mengakui bahwa keduanya memiliki pandangan yang sama. "Fakta bahwa dunia memproduksi 350 juta ton plastik setiap tahun, perlu diubah", katanya. "Daur ulang jadi satu pilihan, tapi apakah itu cukup?".
"Bagaimana pun juga, ini adalah masalah pola pikir, apakah kita benar-benar perlu menggunakan plastik?", pungkas Schoof.
Duta Besar Jerman berharap, dengan munculnya aktivis muda seperti Nina, "kesadaran masyarakat terkait masalah sampah plastik di masa depan dapat meningkat". (ptp/hp/detik.com)
Dalam kesempatan itu, Nina menyerahkan surat protes terkait impor plastik yang ditulis tangan, beserta lebih dari 200 tanda tangan petisi teman-teman yang mendukungnya. "Saya akan berbuat yang terbaik agar kamu bisa mendapat jawaban sesegera mungkin," ujar Peter Schoof kepada Nina saat menerima surat dan petisi tersebut.
Kepada DW Indonesia, Nina mengatakan bahwa rasa prihatin akan banyaknya sampah plastik yang diselundupkan dari luar negeri, mendorong dirinya untuk kemudian menuliskan surat protes, tidak hanya kepada pimpinan Jerman Angela Merkel, melainkan juga kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dalam suratnya Nina menuliskan pengalaman melihat sendiri daur ulang plastik di Desa Bangun, Jawa Timur. Ia mengakui bahwa daur ulang plastik memang baik dilakukan, karena bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sana. Namun, ia menekankan bahwa "terlalu banyak plastik juga dapat merusak lingkungan".
"Kadang-kadang saya menemukan plastik di sungai dan laut yang kemudian dimakan oleh ikan dan biota laut lainnya. Pernah saya membeli ikan sungai di Pasar Rolak Songo dan ketika saya belah, saya menemukan mikroplastik didalamnya. Saya tidak mau makan ikan yang makan plastik!" tulis Nina dalam suratnya kepada Angela Merkel.
Nina menuliskan bahwa sampah yang ada di Desa Bangun berasal dari beberapa negara Barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Eropa termasuk Jerman. Nina mengatakan bahwa Indonesia sudah hampir 40 tahun menjadi "tempat pembuangan sampah" bagi negara-negara barat. "Ini bikin saya sedih sekali," tulisnya.
Nina pun meminta Angela Merkel untuk mengajak negara-negara di Eropa agar berhenti mengirim sampah plastik ke Indonesia. "Saya ingin masa depan saya lebih baik. Saya ingin Indonesia jadi bersih," tulis Nina.
Dubes Jerman tanggapi positif
Dubes Jerman untuk Indonesia Peter Schoof menyambut positif keinginan Nina yang ingin menyurati Angela Merkel. "Nina menyerahkan surat untuk Kanselir Angela Merkel kepada saya, dengan senang hati akan saya kirimkan kepada Merkel," papar Schoof dalam pernyataan tertulisnya kepada DW Indonesia, Selasa (21/01).
Melalui diskusinya dengan Nina, Schoof mengakui bahwa keduanya memiliki pandangan yang sama. "Fakta bahwa dunia memproduksi 350 juta ton plastik setiap tahun, perlu diubah", katanya. "Daur ulang jadi satu pilihan, tapi apakah itu cukup?".
"Bagaimana pun juga, ini adalah masalah pola pikir, apakah kita benar-benar perlu menggunakan plastik?", pungkas Schoof.
Duta Besar Jerman berharap, dengan munculnya aktivis muda seperti Nina, "kesadaran masyarakat terkait masalah sampah plastik di masa depan dapat meningkat". (ptp/hp/detik.com)