di copas dari : http://www.beritaterheboh.com/2020/01/curhat-pengikut-keraton-agung-sejagat.html
Beritaterheboh.com - Kemunculan Keraton Agung Sejagat mengundang banyak reaksi. Selain Bupati Purworejo yang berterima kasih karena membuat daerahnya jadi terkenal, mayoritas warga mempertanyakan eksistensi keraton tersebut.
Warga Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tempat keraton tersebut berada, justru banyak yang mencibir. Mereka menyebut, terkadang Totok dan para pengikutnya menyanyikan lagu hingga malam dan membuat warga terganggu.
Pak Puji, penjaga Keraton Agung Sejagad di Purworejo, Jawa Tengah. Foto: Dok. Hiya Fadhilatul Ulya
Meski demikian, mereka tetap mendatangi keraton tersebut untuk melihat-lihat. Tak sedikit juga warga yang memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan hingga mengutip biaya parkir.
"Halah, raja opo. Paling gurkoyongono, malah gaweresah. (Raja apa, paling cuma begitu saja, malah membuat resah," kata salah seorang warga di lokasi, Selasa (14/1).
Salah seorang penjaga keraton, Puji, menyebut Keraton Agung Sejagat memiliki pengikut sekitar 400-an orang. Namun warga Desa Pogung hanya sekitar 4 orang, sedangkan warga Purworejo hanya 80-an orang. Sisanya diklaim dari berbagai daerah di Indonesia.
"Dulu di Purworejo ada 4.000-an, tapi sekarang mengerucut jadi 80," kata Puji.
Puji mengaku telah mengenal Totok sejak tahun 2015 saat pria itu tinggal di Yogyakarta. Dia menyebut Totok awalnya tinggal di luar negeri, namun tak bisa menyebutkan di mana pastinya.
"Setelah ada wangsit dari eyangnya, 2011 kembali ke tanah Jawa, tinggal di Jakarta. Di Jakarta enggak tenteram lalu mulai 2014 tinggal di Yogya," katanya.
Puji tak terima Keraton Agung Sejagat disebut sebagai kerajaan yang muncul dadakan. Menurutnya, Totok dan para pengikutnya telah berjuang mengenalkan keraton tersebut sejak lama. Puji menyebut, Keraton Agung Sejagat pertama kali menggelar deklarasi di Candi Borobudur, Magelang, pada 14 Agustus 2018.
"Sebetulnya kita belum menginginkan viral seperti ini, kita belum siap karena keadaan masih begini. Karena ini sudah alam yang menunjukkan. Kalau kita mendeklarasikan bukan hanya di Indonesia, kita kirim ke dunia termasuk ke PBB, termasuk ke Mahkamah Internasional," sebutnya.
Menurutnya, keberadaan kerajaan ini untuk memakmurkan kembali tanah Jawa. Namun dia tak dapat menjelaskan detailnya. Puji juga tak mampu menjawab saat ditanya apakah pengikut Keraton Agung Sejagat masih meyakini keberadaan NKRI atau tidak.
"Itu Sinuhun yang mampu menjawab (soal NKRI)," katanya.
Saat ini belum ada aktivitas berarti di Keraton Agung Sejagat, selain kirab alias wilujeng-an, beberapa waktu lalu. Menurutnya akan ada sidang kerajaan, sidang departemen, dan sidang parlemen, namun waktunya belum ditentukan.
Puji meyakini Totok benar-benar keturunan Majapahit dan layak menjabat sebagai raja, alias Sinuhun. Dia tak ambil pusing meski mengaku banyak dicibir warga.
"Setiap orang punya penilaiannya sendiri-sendiri. Kalau mengatakan, keratone wong edan, monggo. Mungkin pakaian kami saat kirab kemarin dikatakan seperti seragam karnaval, monggo silakan," kata Puji.
"Tapi nanti kalau benar-benar terjadi ya monggo (mari) sama-sama kita rasakan," imbuhnya.
Pensiunan penyuluh kehutanan wilayah Purworejo ini bertekad membaktikan diri untuk Keraton Agung Sejagat. Meski demikian, Puji dan istri tetap memiliki aktivitas lain untuk menunjang perekonomian keluarga mereka. Begitu juga dengan para pengikut Keraton Agung Sejagat yang lain.
"Sesuai latar belakang kita masing-masing. Di sini sama-sama berjuang mendirikan keraton. Karena berjuang, untuk berjualan perlu peluru atau senjata. Nah senjata, nek kita tidak makarya (bekerja), itu kan kita tidak ada. makanya dipersilakan (bekerja)," ujar Puji.(Kumparan.com)
Warga Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, tempat keraton tersebut berada, justru banyak yang mencibir. Mereka menyebut, terkadang Totok dan para pengikutnya menyanyikan lagu hingga malam dan membuat warga terganggu.
Pak Puji, penjaga Keraton Agung Sejagad di Purworejo, Jawa Tengah. Foto: Dok. Hiya Fadhilatul Ulya
Meski demikian, mereka tetap mendatangi keraton tersebut untuk melihat-lihat. Tak sedikit juga warga yang memanfaatkan keramaian itu untuk berjualan hingga mengutip biaya parkir.
"Halah, raja opo. Paling gurkoyongono, malah gaweresah. (Raja apa, paling cuma begitu saja, malah membuat resah," kata salah seorang warga di lokasi, Selasa (14/1).
Salah seorang penjaga keraton, Puji, menyebut Keraton Agung Sejagat memiliki pengikut sekitar 400-an orang. Namun warga Desa Pogung hanya sekitar 4 orang, sedangkan warga Purworejo hanya 80-an orang. Sisanya diklaim dari berbagai daerah di Indonesia.
"Dulu di Purworejo ada 4.000-an, tapi sekarang mengerucut jadi 80," kata Puji.
Puji mengaku telah mengenal Totok sejak tahun 2015 saat pria itu tinggal di Yogyakarta. Dia menyebut Totok awalnya tinggal di luar negeri, namun tak bisa menyebutkan di mana pastinya.
"Setelah ada wangsit dari eyangnya, 2011 kembali ke tanah Jawa, tinggal di Jakarta. Di Jakarta enggak tenteram lalu mulai 2014 tinggal di Yogya," katanya.
Puji tak terima Keraton Agung Sejagat disebut sebagai kerajaan yang muncul dadakan. Menurutnya, Totok dan para pengikutnya telah berjuang mengenalkan keraton tersebut sejak lama. Puji menyebut, Keraton Agung Sejagat pertama kali menggelar deklarasi di Candi Borobudur, Magelang, pada 14 Agustus 2018.
"Sebetulnya kita belum menginginkan viral seperti ini, kita belum siap karena keadaan masih begini. Karena ini sudah alam yang menunjukkan. Kalau kita mendeklarasikan bukan hanya di Indonesia, kita kirim ke dunia termasuk ke PBB, termasuk ke Mahkamah Internasional," sebutnya.
Menurutnya, keberadaan kerajaan ini untuk memakmurkan kembali tanah Jawa. Namun dia tak dapat menjelaskan detailnya. Puji juga tak mampu menjawab saat ditanya apakah pengikut Keraton Agung Sejagat masih meyakini keberadaan NKRI atau tidak.
"Itu Sinuhun yang mampu menjawab (soal NKRI)," katanya.
Saat ini belum ada aktivitas berarti di Keraton Agung Sejagat, selain kirab alias wilujeng-an, beberapa waktu lalu. Menurutnya akan ada sidang kerajaan, sidang departemen, dan sidang parlemen, namun waktunya belum ditentukan.
Puji meyakini Totok benar-benar keturunan Majapahit dan layak menjabat sebagai raja, alias Sinuhun. Dia tak ambil pusing meski mengaku banyak dicibir warga.
"Setiap orang punya penilaiannya sendiri-sendiri. Kalau mengatakan, keratone wong edan, monggo. Mungkin pakaian kami saat kirab kemarin dikatakan seperti seragam karnaval, monggo silakan," kata Puji.
"Tapi nanti kalau benar-benar terjadi ya monggo (mari) sama-sama kita rasakan," imbuhnya.
Pensiunan penyuluh kehutanan wilayah Purworejo ini bertekad membaktikan diri untuk Keraton Agung Sejagat. Meski demikian, Puji dan istri tetap memiliki aktivitas lain untuk menunjang perekonomian keluarga mereka. Begitu juga dengan para pengikut Keraton Agung Sejagat yang lain.
"Sesuai latar belakang kita masing-masing. Di sini sama-sama berjuang mendirikan keraton. Karena berjuang, untuk berjualan perlu peluru atau senjata. Nah senjata, nek kita tidak makarya (bekerja), itu kan kita tidak ada. makanya dipersilakan (bekerja)," ujar Puji.(Kumparan.com)
Yang lagi heboh di Purworejo. Ada orang mengaku dari Kerajaan Agung Sejagat yang menguasai seluruh dunia. Mereka buat keraton-keratonan yang lokasinya di Desa Pogung, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.— Djo Santoso Hadiningrat (@aritsantoso) January 13, 2020
Stres / halu / mau bikin aliran sesat?
Ada-ada saja kelakuan warga 0275 pic.twitter.com/JtSvVsVv5j