di copas dari : http://www.beritaterheboh.com/2020/01/kisah-produsen-kue-keranjang-di-cirebon.html
Beritaterheboh.com - Produsen rumahan kue keranjang di Kota Cirebon, Jawa Barat, kebanjiran order jelang perayaan Tahun Baru Imlek 2571.
Seorang produsen kue keranjang di Pekalipan Utara, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Lanny Sundriati (73) mengaku, sejak bulan Januari 2020 dirinya sudah kebanjiran orderan dari konsumen setianya.
Dalam sehari, Lanny bisa membuat sebanyak 10 ton kue keranjang untuk memenuhi pesanan dari berbagai kota-kota besar hingga Bandung.
“Saya kemarin sempat meriang, kelelahan, karena banyak pesanan. Aktivitas sudah seperti ini sejak awal bulan Januari kemarin,” kata Lanny membuka obrolan kecilnya.
Kompas.com diberi kesempatan untuk masuk ke dalam rumah Lanny dan melihat sedikit proses pembuatan kue keranjang.
Menurut Lanny, membuat kue keranjang yang telah dilakoninya sejak 1984 merupakan sebagian dari seni.
Pasalnya, membutuhkan ketelitian dan ketekunan untuk menghasilkan kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat, pertama kali dia menyaring seluruh gula yang telah dicairkan agar bersih dari berbagai kotoran.
Gula tersebut kemudian dicampur tepung ketan yang sudah memiliki varian rasa yakni cokelat, vanila, dan pandan. Terakhir yakni proses pengukusan.
Bagi Lanny, menjadi pembuat kue keranjang, tak hanya sekedar usaha melainkan juga sebagai ibadah.
Apa yang dia lakukan juga sebagai upaya untuk terus melestarikan tradisi yang sudah diwariskan leluhur.
Baca juga: Jelang Imlek, Kue Keranjang Paling Diburu di Jalan Suryakencana Bogor
Hal itu terbukti, sebagian hasil jerih payahnya dapat membantu menyelesaikan jenjang pendidikan ke enam anak hingga ke perguruan tinggi.
Selain itu, Lanny juga dapat membantu memberi lapangan pekerjaan kepada minimal enam warga yang kerja di rumahnya.
“Omzetnya ya lumayanlah, bisa buat anak kuliah. Satu kilo saya jual Rp 25.000,” kata Lanny.
Setiap satu kali perayaan Imlek, Lanny besama para pekerjanya dapat menjual lebih dari 10 ton kue keranjang ke Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan hingga Bandung.
"Kebanyakan warga memesan atau membeli secara langsung, karena saya tidak menjual ke toko," kata Lanny.
Sementara itu, salah seorang pelanggan Evi mengatakan, setiap tahunnya dia tidak pernah absen untuk membeli kue keranjang milik Lanny.
Menurut dia, kualitas kue keranjang yang baik membuat dirinya tidak berpaling dari kue keranjang hasil olahan tangan Lanny.
Setiap tahunnya, dia membeli kue keranjang Lanny sebanyak satu kuintal. Pembelian itu dilakukan secara bertahap hingga menjelang hari H perayaan Imlek.
"Ini dodol yang dibeli sebagian akan dijual kembali, sekaligus diberikan pada sanak keluarga mau pun suguhan hidangan untuk Imlek," ujarnya.
Kaya nilai filosofi
Halim Eka Wardana, Humas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Cirebon Jawa Barat, mengatakan, dodol imlek atau kue keranjang memiliki nilai filosofi yang luar biasa.
Proses pembuatan kue keranjang membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Hal ini menyimbolkan bahwa ketekunan dan kerja keras adalah hal terpenting dalam hidup.
Rasa manis dodol sebagai simbol harapan agar di tahun baru imlek, kehidupan tiap manusia semakin manis semanis dodol.
Sedangkan tekstur dodol yang lengket, menggambarkan keeratan dalam sosial, persatuan dan kesatuan, dari tingkatan keluarga, masyarakat sekitar, hingga sesama manusia sebagai masyarakat Indonesia.
“Bentuknya yang bulat itu artinya tidak membatasi, tetap rukun dalam satu lingkaran kekeluargaan kehidupan antar sesama,” ujar Halim saat berkunjung bersama ke rumah Lanny.
Halim menyebut, pembuat dodol imlek di Kota Cirebon cukup banyak.
"Ibu Lanny Sundriati ini dia salah satu dari pembuatnya yang sudah bertahan cukup lama hingga 36 tahun. Makanya ramai tiap tahunnya," ujarnya.(kompas.com)
Seorang produsen kue keranjang di Pekalipan Utara, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, Lanny Sundriati (73) mengaku, sejak bulan Januari 2020 dirinya sudah kebanjiran orderan dari konsumen setianya.
Dalam sehari, Lanny bisa membuat sebanyak 10 ton kue keranjang untuk memenuhi pesanan dari berbagai kota-kota besar hingga Bandung.
“Saya kemarin sempat meriang, kelelahan, karena banyak pesanan. Aktivitas sudah seperti ini sejak awal bulan Januari kemarin,” kata Lanny membuka obrolan kecilnya.
Kompas.com diberi kesempatan untuk masuk ke dalam rumah Lanny dan melihat sedikit proses pembuatan kue keranjang.
Menurut Lanny, membuat kue keranjang yang telah dilakoninya sejak 1984 merupakan sebagian dari seni.
Pasalnya, membutuhkan ketelitian dan ketekunan untuk menghasilkan kualitas yang baik.
Untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat, pertama kali dia menyaring seluruh gula yang telah dicairkan agar bersih dari berbagai kotoran.
Gula tersebut kemudian dicampur tepung ketan yang sudah memiliki varian rasa yakni cokelat, vanila, dan pandan. Terakhir yakni proses pengukusan.
Bagi Lanny, menjadi pembuat kue keranjang, tak hanya sekedar usaha melainkan juga sebagai ibadah.
Apa yang dia lakukan juga sebagai upaya untuk terus melestarikan tradisi yang sudah diwariskan leluhur.
Baca juga: Jelang Imlek, Kue Keranjang Paling Diburu di Jalan Suryakencana Bogor
Hal itu terbukti, sebagian hasil jerih payahnya dapat membantu menyelesaikan jenjang pendidikan ke enam anak hingga ke perguruan tinggi.
Selain itu, Lanny juga dapat membantu memberi lapangan pekerjaan kepada minimal enam warga yang kerja di rumahnya.
“Omzetnya ya lumayanlah, bisa buat anak kuliah. Satu kilo saya jual Rp 25.000,” kata Lanny.
Setiap satu kali perayaan Imlek, Lanny besama para pekerjanya dapat menjual lebih dari 10 ton kue keranjang ke Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan hingga Bandung.
"Kebanyakan warga memesan atau membeli secara langsung, karena saya tidak menjual ke toko," kata Lanny.
Sementara itu, salah seorang pelanggan Evi mengatakan, setiap tahunnya dia tidak pernah absen untuk membeli kue keranjang milik Lanny.
Menurut dia, kualitas kue keranjang yang baik membuat dirinya tidak berpaling dari kue keranjang hasil olahan tangan Lanny.
Setiap tahunnya, dia membeli kue keranjang Lanny sebanyak satu kuintal. Pembelian itu dilakukan secara bertahap hingga menjelang hari H perayaan Imlek.
"Ini dodol yang dibeli sebagian akan dijual kembali, sekaligus diberikan pada sanak keluarga mau pun suguhan hidangan untuk Imlek," ujarnya.
Kaya nilai filosofi
Halim Eka Wardana, Humas Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Cirebon Jawa Barat, mengatakan, dodol imlek atau kue keranjang memiliki nilai filosofi yang luar biasa.
Proses pembuatan kue keranjang membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Hal ini menyimbolkan bahwa ketekunan dan kerja keras adalah hal terpenting dalam hidup.
Rasa manis dodol sebagai simbol harapan agar di tahun baru imlek, kehidupan tiap manusia semakin manis semanis dodol.
Sedangkan tekstur dodol yang lengket, menggambarkan keeratan dalam sosial, persatuan dan kesatuan, dari tingkatan keluarga, masyarakat sekitar, hingga sesama manusia sebagai masyarakat Indonesia.
“Bentuknya yang bulat itu artinya tidak membatasi, tetap rukun dalam satu lingkaran kekeluargaan kehidupan antar sesama,” ujar Halim saat berkunjung bersama ke rumah Lanny.
Halim menyebut, pembuat dodol imlek di Kota Cirebon cukup banyak.
"Ibu Lanny Sundriati ini dia salah satu dari pembuatnya yang sudah bertahan cukup lama hingga 36 tahun. Makanya ramai tiap tahunnya," ujarnya.(kompas.com)