di copas dari : http://www.beritaterheboh.com/2020/01/dipuji-new-york-times-ini-deretan.html
Beritaterheboh.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah mengukir sejumlah prestasi saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Beragam kesuksesan saat Ahok memimpin Jakarta tak hanya diakui di kancah nasional, tapi juga mendapat sorotan dunia internasional.
Di tingkat nasional, penghargaan itu diberikan oleh beragam instansi, mulai dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bappenas dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), hingga PT Telkom Indonesia.
Sedangkan di kancah internasional, penghargaan teranyar datang dari hasil pilihan majalah Foreign Policy.
Dalam daftarnya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu pernah masuk dalam Global reThinkers 2017 yang berisi nama para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia.
Lantas apa saja prestasi Ahok yang pernah disorot dunia Internasional? Berikut ini ulasannya:
Bangun Ketahanan Kota
Ahok mengaku lebih nyaman melenggang di Pilkada DKI apabila PDIP mendukungnya
Berkat usaha Ahok dalam membangun ketahanan kota, Jakarta pernah menjadi salah satu finalis dari kota-kota dunia yang diajak bergabung dalam jaringan 100 Resilent Cities atau 100 RC. Kota-kota itu kemudian akan bergabung dengan komunitas global.
100 RC merupakan sebuah program yang dipelopori The Rockefeller Foundation yang bercita-cita membantu kota di seluruh dunia dalam meningkatkan ketahanan untuk menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan fisik.
Adapun manfaat yang dapat diraih dari program itu, Jakarta diberikan kemudahan dalam mengakses beragam fasilitas. Antara lain berupa perangkat, pendanaan, sumbangan keahlian teknis, dan berbagai sumber daya lainnya.
Semua kemudahan tersebut dimaksudkan untuk membangun ketahanan kota dalam menghadapi tantangan di era abad ke-21. Apalagi separuh dari populasi manusia mendiami daerah perkotaan, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 70 persen pada 2050.
Akibatnya, permasalahan kota juga akan menjadi semakin kompleks, terutama saat menghadapi pertumbuhan populasi yang semakin pesat. Selain itu, akibat ulah manusia sendiri bahaya adanya bencana alam pun akan mengintai.
Dipuji New York Times
Ahok juga pernah menuai sorotan dari media ternama asal Amerika Serikat, New York Times. Dalam koran terbesar di AS itu, cerita mengenai Ahok ditulis pada halaman A10 dengan judul "Run by Jakarta Governor Up ends Indonesia’s Party Politics".
Namun, saat itu target barunya adalah mengguncang sistem politik oligarki yang sudah berakar di Indonesia.
Waktu itu, Ahok disebut sebagai "orang luar" oleh New York Times dalam politik, sebab dia berasal dari kelompok minoritas.
Ahok diketahui beretnis Tionghoa dan beragama Kristen di tengah-tengah penduduk Jakarta yang mayoritas beragama Islam. Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok memilih maju melaui jalur independen dan keputusannya tersebut mengguncang sistem perpolitikan Indonesia.
Sejak Indonesia mulai menerapkan sistem pemilihan umum yang bebas pada akhir tahun 1990, calon independen sudah dipastikan kalah.
Namun, saat itu Ahok justru mendapat banyak dukungan. Padahal 10 partai di parlemen dikuasi oleh dinasti politik, mantan jenderal, dan taipan bisnis yang membiayai mereka.
Sementara, sisanya adalah kelompok berbasis Islam yang ideologi politiknya bisa berubah tergantung pada koalisi partai.
New York Times kemudian mengutip Charlotte Setijadi, periset di program Ilmu Indonesia di Institut Studi Asia Tenggara-Yusof Ishak yang berbasis di Singapura: "Ahok menjadi alternatif bagi warga yang sudah muak dengan sistem politik di Indonesia".
"Saya pikir ini adalah gambaran yang bisa menolongnya dalam pemilihan gubernur," ucap Charlotte.
Masuk Daftar Global reThinkers 2017
Prestasi lainnya yang pernah diukir mantan bupati Belitung Timur ini, dia pernah masuk dalam daftar Global reThinkers 2017.
Saat itu, nama-nama para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia hasil pilihan majalah Foreign Policy dari Amerika yang masuk dalam daftar Global reThinkers 2017.
"Tahun ini, Foreign Policy dengan bangga mempersembahkan Global reThinkers para legislator, teknokrat, komedian, advokat, pengusaha, pembuat film, presiden, provokator, tahanan politik, periset, ahli strategi, dan visioner yang secara bersama-sama menemukan cara yang luar biasa, tak hanya untuk memikirkan kembali dunia kita yang baru dan aneh ini, tapi juga membentuknya kembali. Mereka adalah orang-orang yang bertindak yang mendefinisikan 2017," demikian dikutip dari situs Foreign.
Selain Ahok, ada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Gambia Adama Barrow, serta Dubes AS untuk PBB Nikki Haley.
Dalam daftar tersebut, ada pula mantan tangan kanan Donald Trump, Steve Bannon; prajurit transgender yang membocorkan rahasia AS, Chelsea Manning; seniman Ai Wei Wei; juga Leila de Lima, senator Filipina yang menjadi pengkritik terdepan Presiden Rodrigo Duterte.
"Untuk tetap berdiri di tengah fundamentalisme yang sedang bertumbuh di Indonesia," demikian alasan Foreign Policy memilih Ahok.
Selain itu, dalam narasinya associate editor di Foreign Policy, Benjamin Soloway menyebut, saat terjun ke dunia politik di Jakarta pada 2012, Ahok tak sesuai dengan profil politikus pada umumnya.
"Ia bermulut tajam, keturunan Tionghoa, dan seorang Protestan di negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia," kata Soloway.
Pada awalnya, dia menambahkan, latar belakang Ahok tak menjadi masalah. Namun, situasi berbalik pada 2017.(liputan6.com)
Beritaterheboh.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah mengukir sejumlah prestasi saat masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Beragam kesuksesan saat Ahok memimpin Jakarta tak hanya diakui di kancah nasional, tapi juga mendapat sorotan dunia internasional.
Di tingkat nasional, penghargaan itu diberikan oleh beragam instansi, mulai dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bappenas dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), hingga PT Telkom Indonesia.
Sedangkan di kancah internasional, penghargaan teranyar datang dari hasil pilihan majalah Foreign Policy.
Dalam daftarnya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu pernah masuk dalam Global reThinkers 2017 yang berisi nama para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia.
Lantas apa saja prestasi Ahok yang pernah disorot dunia Internasional? Berikut ini ulasannya:
Bangun Ketahanan Kota
Ahok mengaku lebih nyaman melenggang di Pilkada DKI apabila PDIP mendukungnya
Berkat usaha Ahok dalam membangun ketahanan kota, Jakarta pernah menjadi salah satu finalis dari kota-kota dunia yang diajak bergabung dalam jaringan 100 Resilent Cities atau 100 RC. Kota-kota itu kemudian akan bergabung dengan komunitas global.
100 RC merupakan sebuah program yang dipelopori The Rockefeller Foundation yang bercita-cita membantu kota di seluruh dunia dalam meningkatkan ketahanan untuk menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan fisik.
Adapun manfaat yang dapat diraih dari program itu, Jakarta diberikan kemudahan dalam mengakses beragam fasilitas. Antara lain berupa perangkat, pendanaan, sumbangan keahlian teknis, dan berbagai sumber daya lainnya.
Semua kemudahan tersebut dimaksudkan untuk membangun ketahanan kota dalam menghadapi tantangan di era abad ke-21. Apalagi separuh dari populasi manusia mendiami daerah perkotaan, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 70 persen pada 2050.
Akibatnya, permasalahan kota juga akan menjadi semakin kompleks, terutama saat menghadapi pertumbuhan populasi yang semakin pesat. Selain itu, akibat ulah manusia sendiri bahaya adanya bencana alam pun akan mengintai.
Dipuji New York Times
Namun, saat itu target barunya adalah mengguncang sistem politik oligarki yang sudah berakar di Indonesia.
Waktu itu, Ahok disebut sebagai "orang luar" oleh New York Times dalam politik, sebab dia berasal dari kelompok minoritas.
Ahok diketahui beretnis Tionghoa dan beragama Kristen di tengah-tengah penduduk Jakarta yang mayoritas beragama Islam. Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok memilih maju melaui jalur independen dan keputusannya tersebut mengguncang sistem perpolitikan Indonesia.
Sejak Indonesia mulai menerapkan sistem pemilihan umum yang bebas pada akhir tahun 1990, calon independen sudah dipastikan kalah.
Namun, saat itu Ahok justru mendapat banyak dukungan. Padahal 10 partai di parlemen dikuasi oleh dinasti politik, mantan jenderal, dan taipan bisnis yang membiayai mereka.
Sementara, sisanya adalah kelompok berbasis Islam yang ideologi politiknya bisa berubah tergantung pada koalisi partai.
New York Times kemudian mengutip Charlotte Setijadi, periset di program Ilmu Indonesia di Institut Studi Asia Tenggara-Yusof Ishak yang berbasis di Singapura: "Ahok menjadi alternatif bagi warga yang sudah muak dengan sistem politik di Indonesia".
"Saya pikir ini adalah gambaran yang bisa menolongnya dalam pemilihan gubernur," ucap Charlotte.
Masuk Daftar Global reThinkers 2017
Saat itu, nama-nama para pemimpin terkemuka dan intelektual dunia hasil pilihan majalah Foreign Policy dari Amerika yang masuk dalam daftar Global reThinkers 2017.
"Tahun ini, Foreign Policy dengan bangga mempersembahkan Global reThinkers para legislator, teknokrat, komedian, advokat, pengusaha, pembuat film, presiden, provokator, tahanan politik, periset, ahli strategi, dan visioner yang secara bersama-sama menemukan cara yang luar biasa, tak hanya untuk memikirkan kembali dunia kita yang baru dan aneh ini, tapi juga membentuknya kembali. Mereka adalah orang-orang yang bertindak yang mendefinisikan 2017," demikian dikutip dari situs Foreign.
Selain Ahok, ada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Gambia Adama Barrow, serta Dubes AS untuk PBB Nikki Haley.
Dalam daftar tersebut, ada pula mantan tangan kanan Donald Trump, Steve Bannon; prajurit transgender yang membocorkan rahasia AS, Chelsea Manning; seniman Ai Wei Wei; juga Leila de Lima, senator Filipina yang menjadi pengkritik terdepan Presiden Rodrigo Duterte.
"Untuk tetap berdiri di tengah fundamentalisme yang sedang bertumbuh di Indonesia," demikian alasan Foreign Policy memilih Ahok.
Selain itu, dalam narasinya associate editor di Foreign Policy, Benjamin Soloway menyebut, saat terjun ke dunia politik di Jakarta pada 2012, Ahok tak sesuai dengan profil politikus pada umumnya.
"Ia bermulut tajam, keturunan Tionghoa, dan seorang Protestan di negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia," kata Soloway.
Pada awalnya, dia menambahkan, latar belakang Ahok tak menjadi masalah. Namun, situasi berbalik pada 2017.(liputan6.com)